Tafsir Surat Al An'am ayat 31-32
Tafsir Surat Al An'am ayat 31-32
📚 Resume
kajian
Oleh: Abdullah bin Santosa
Mukadimah
Ikhlas, orang yang paling beruntung adalah
orang paling ikhlas.
عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ
-صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه
البخاري
Artinya: “Ustman bin Affan radhiyallahu
‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” Hadits
riwayat Bukhari.
Tafsir
قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَآءِ
اللَّهِ ۖ حَتّٰىٓ إِذَا جَآءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً
قَالُوا يٰحَسْرَتَنَا عَلٰى مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ
عَلٰى ظُهُورِهِمْ ۚ أَلَا سَآءَ مَا يَزِرُونَ
"Sungguh rugi orang-orang yang
mendustakan pertemuan dengan Allah; sehingga apabila Kiamat datang kepada
mereka secara tiba-tiba, mereka berkata, Alangkah besarnya penyesalan kami
terhadap kelalaian kami tentang Kiamat itu, sambil mereka memikul dosa-dosa di
atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu."
وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ إِلَّا لَعِبٌ
وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْأَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا
تَعْقِلُونَ
"Dan kehidupan dunia ini, hanyalah
permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik
bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?"
(QS. Al-An'am 6: Ayat 31- 32)
Faedah:
1. Dosa itu disebabkan karena lemahnya iman
kepada Allah
2. Penyesalan tidak lagi bermanfaat
Allah Subhana Wata’ala berfirman:
حَتّٰىٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ
قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
"(Demikianlah keadaan orang-orang
kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata,
Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia),"
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 99)
لَعَلِّىٓ أَعْمَلُ صٰلِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّآ ۚ إِنَّهَا
كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَآئِهِمْ بَرْزَخٌ إِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
"agar aku dapat berbuat kebajikan yang
telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang
diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh-barzakh sampai pada hari
mereka dibangkitkan."
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 100)
3. Dalam ayat 32 Allah menerangkan hakikat
kehidupan dunia
Dunia hanya tempat tinggal sementara
وعن ابن عمر – رضي الله عنهما- قال: أخذ
رسول الله صلى الله عليه و سلم بمنكبي فقال: كن في الدنيا كأنك غريب، أو عابر سبيل
وكان ابن عمر – رضي الله عنهما – يقول: إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وإذا أصبحت فلا
تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك. رواه البخاري.
Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau
berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua
pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau
musafir.” Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu
datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu
datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu
sebelum mati.” (HR. Bukhori)
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوٓا أَنْ
يَقُولُوٓا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
"Apakah manusia mengira bahwa mereka
akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak
diuji?"
(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 2)
Sifat tamak
Sifat ini yang membinasakan
لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ
مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ،
وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya manusia diberi dua lembah
berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa
memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat
bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6436)
Hasan Al Bashri mengatakan,
ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب
بعضك
“Wahai manusia, sesungguhnya kalian
hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula
dirimu" Hilyatul Awliya’, 2/148, Darul Kutub Al ‘Arobi
Imam Hasan Al-Basri rahimahullah berkata:
“Tidaklah aku merasa heran terhadap sesuatu
seperti keherananku atas orang yang tidak menganggap cinta dunia sebagai bagian
dari dosa besar. Demi Allah! Sungguh, mencintainya benar-benar termasuk dosa
yang terbesar. Dan tidaklah dosa-dosa menjadi bercabang-cabang melainkan karena
cinta dunia. Bukankah sebab disembahnya patung-patung serta dimaksiatinya
Ar-Rahman tak lain karena cinta dunia dan lebih mengutamakannya?” (Mawa’izh
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 138)
Komentar
Posting Komentar