Shalat menghadap kiblat.

SHALAT MENGHADAP KIBLAT

Dalam melaksanakan wajib untuk menghadap kiblat sebagai mana perintah Rasulullahi Shalallahu Alaihiwassalam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yaitu,
اذا قمت الى الصلاة فاسبغ الوضوء ثمم استقبل القلة فكبر
Apabila kamu hendak melaksanakan shalat maka lakukanlah wudhu kemudian menghadap kiblat lalu bertakbir,[1]
Adapun pada kondisi tertentu maka tidak mengapa jika tidak menghadap kearah kiblat.
1.  Kondisi Safar
Saat kondisi safar Rasulullah Shalalllahu Alaihiwassalam tetap melaksanakan shalat witir sebagaimana kebiasaan beliau. Berikut dalilnya dari Ibnu Umar
كان صلى الله عليه وسلم في السفر يصلي النوافل على راحلته ويوتر عليها حيث توجهت به (شرقا وغربا)
حيث توجهت)  : Ke mana dia pergi)  
Saat beliau Shalalllahu Alaihiwassalam dalam safar (perjalanan) beliau shalat sunnah dan witir di atas kendaraannya dengan menghadap ke arah mana saja kendaraanya itu membawanya berlalu [ke arah timur maupun barat] [2]
Berdasarkan hadis diatas perlu kita batasi beberapa hal yaitu beliau dalam keadaan safar, dan itu merupakan shalat sunnah.
Mengenai hal di atas, maka turunlah Firman Allah Ta’ala
فأينما تولوا فثم وجه الله
 Kemanapun kamu menghadap di sanalah Wajah Allah. (Al Baqarah 115)
2.  Kondisi perang
Kondisi seseorang yang sedang melaksanakan shalat tatkala perang sedang berkecamuk, maka ini diberikan keringanan untuk tidak mengahadap ke kiblat dan bahkan gerakannya hanya dengan isyarat saja berdasarkan hadis berikut:
إذااختلطوا فإنما هوالتكبر والاشارة برأس
Apabila perang telah berkecamuk, cukuplah kalian mengucapakan takbir dan berisyarat kepala[3]




[1] Bukhari 6174 Fathul Bari 6667
[2] HR Bukhari no 1034 fathul Bari no 1097 dan 1098,Muslim 1136, 1131 Syarah Sahih Muslim 700, Abu Daud 1035 Baitul Afkar Ad Dauliah 1224, An Nasai 486 Maktabatu Al Arif Riyadh 490
[3] HR Baihaqi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modifikasi model learning cycle 5E

Penelitian Etnografi dan Contohnya (Ethnographic Research and Examples)